Lebih Nyaman, Kota Lama Semarang Semakin Dipadati pengunjung

Barsela24news.com
Jurnalis : Marhen
Semarang, Jateng - Revitalisasi yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang beberapa tahun ini, sudah berhasil mengubah wajah kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah semakin lebih nyaman disinggahi wisatawan.

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maemoen mengatakan upaya keras pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan untuk mengubah citra Kota Lama Semarang, kini sudah mulai bisa dilihat hasilnya.

Kunjungan wisatawan di kawasan Kota Lama Semarang yang menghadirkan destinasi wisata sejarah dan budaya, termasuk padat. Terutama di masa-masa liburan.

“Saat ini juga di waktu-waktu tertentu diberlakukan kendaraan roda empat, kendaraan bermotor tidak boleh melintas di kawasan Kota Lama ini. Sehingga, mereka kita ajak untuk berjalan-jalan, menikmati Kota Lama yang copy paste dari Belanda atau dari negara Eropa. Sehingga mereka tidak ada gangguan. Mereka senang berjalan kaki. Mereka benar-benar diajak untuk menikmati keindahan Eropa di Jateng, di Indonesia,” terang Taj Yasin Maimoen saat menghadiri Rakernas IX Jaringan Kota Pusaka Indonesia di Ballroom Borsumij Heritage Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Rabu (23/8/2023).

Kondisi tersebut berbeda jika dibandingkan 10 tahun lalu, di mana masih banyak dijumpai bangunan rusak, lingkungan kotor dan sudut-sudut gelap.

“Memang kalau dulu kita ada di Kota Semarang atau di Kota Lama, kesannya mohon maaf, nggak baik. Tetapi saat ini kita sulap betul. Beberapa tahun terakhir kita mulai perbaiki,” ucapnya

Wagub menambahkan, hanya berjarak sekitar satu kilometer dari Kota Lama Semarang, yakni di alun-alun Kauman dan Pasar Johar, wisatawan juga bisa menyaksikan kehidupan masyarakat dari berbagai ras yang guyub.

Di lokasi itu, kata Wagub, menjadi tempat tinggal bagi warga suku Jawa, Arab, dan Tionghoa. Meski hidup berdampingan, tidak ada gesekan di antara mereka.

“Tidak jauh dari sini, mungkin sekitar 500 meter atau satu kilometer, kita bisa menikmati bagaimana masyarakat Arab, Cina, dan suku Jawa berkumpul bersama, bergandengan, berkumpul. Dan yang menarik, di situ ada pasarnya juga. Artinya apa, pertumbuhan ekonomi itu bisa ditopang, bisa di-push. Ketika masyarakatnya bisa bersatu, bisa bergotong royong dan bisa bersama-sama, nggak ada gontok-gontokan,” tutupnya.