Jakarta,- Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menargetkan Desa Kepulauan menjadi lokus aplikasi Desanesha pada 2024 mendatang.
Sehingga dapat mengatasi krisis air bersih yang menjadi persoalan utama dan sering dikeluhkan oleh masyarakat desa kepulauan di seluruh Indonesia.
"Banyak sekali keluhan air desa-desa kepulauan. Makanya kita coba tahun depan, khusus yang desa kepulauan," ungkap menteri yang akrab disapa Gus Halim itu saat menerima audiensi pakar Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB di Kantor Kemendes PDTT Kalisari, Jakarta Timur, Senin (4/12/2023).
Gus Halim menyarankan, persoalan yang dihadapi desa akan cepat tertangani dengan baik melalui konsultasi dengan para pakar ITB lewat aplikasi Desanesha itu.
Apalagi, air bersih dan termasuk juga sanitasi berkaitan langsung dengan tujuan SDGs Desa pada poin keenam, yakni air bersih dan sanitasi layak.
Selain dapat mempercepat pencapaian SDGs Desa, aplikasi Desanesha itu juga berbasis teknologi tepat guna yang mampu mengatasi berbagai persoalan di lokasi 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).
"Dengan aplikasi tersebut, kepala desa dan pakar dapat terus bersinergi dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi desa," kata Profesor Kehormatan UNESA ini.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengembangan Informasi Desa (BPI) Kemendes PDTT Ivanovich Agusta mengatakan, Kemendes PDTT akan merekomendasikan Desanesha kepada seluruh desa di Indonesia.
Terutama terus disebarluaskan ke Kabupaten/Kota pada lokus desa-desa 3T (tertinggal, terdepan dan terlyar) di wilayah Indonesia Timur.
"Desanesha juga ditunjukkan dalam sistem informasi desa pada sid.kemendesa.go.id bersama seluruh data dan informasi desa dari seluruh Indonesia," pungkas Ivanovich.
Desanesha merupakan aplilasi besutan LPPM ITB. Aplikasi Desanesha ini diklaim dapat menghubungkan secara langsung konsultasi warga dan kepala desa di seluruh Indonesia dengan para pakar ITB terkait permasalahan yang dihadapi.
(Tim/red)