Semarang, Jateng - Tidak terasa, siswa kelas 6 SD telah mencapai masa-masa terakhir mereka di Sekolah Dasar. Setelah berjuang keras dalam menghadapi Ujian Sekolah, mereka pun mengikuti acara perpisahan dan pelepasan yang diadakan oleh sekolah.
Acara ini menjadi salah satu kegiatan penting karena melibatkan siswa, orangtua, dan guru dalam satu momen yang penuh makna dan kenangan.
Menjelang kelulusan siswa, selain rasa senang dan bahagia bagi orang tua, acapkali rasa pusing juga ikut menghantui orang tua yang disebabkan besarnya iuran biaya perpisahan yang diselenggarakan oleh sekolah.
Biasanya, sekolah terlebih sekolah swasta mengadakan perpisahan dengan tidak sedikit dana untuk segala keperluannya sehingga menarik iuran dari wali murid. Sementara wali murid juga sedang memikirkan biaya sekolah lanjutan untuk anaknya. Terlebih apabila ada adik atau kakaknya yang juga sama-sama hendak mendaftar sekolah baru.
Kegiatan seremonial perpisahan sekolah, wisuda, akhirussanah, pelepasan, atau apapun istilah yang digunakan harusnya bisa lebih substansif lagi dan tidak memberatkan orang tua serta bermanfaat dan mendidik para siswa.
Saat siswa lulus, yang dibutuhkan bagi mereka adalah bekal untuk menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Seringkali siswa belum siap dalam menempuh pendidikan berikutnya seperti bagaimana bergaul dengan orang baru, mengatur keuangan, mengasah minat bakat, mengatur prioritas, dan lain sebagainya.
Seringkali banyak sekolah yang terjebak pada acara-acara seremonial sehari saja dengan biaya yang tidak sedikit, tetapi esoknya sang anak tetap buta dalam menghadapi sekolah lanjutan.
Namun hal itu terjadi di SD Muhammadiyah 12 Semarang saat menyelenggarakan pelepasan kelas 6. Di penghujung tahun ajaran 2023/2024 sekolah yang berada di Jalan Mintojiwo II/2 Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang, Jawa Tengah ini saat menyelenggarakan pelepasan kelas 6 dalam kemasan yang sederhana, tanpa biaya, namun substantif. Diawali dengan rangkaian acara pelepasan siswa dengan mengadakan mabit wada’.
Kepala SD Muhammadiyah 12 Burhan Khaerudin menyampaikan dalam kegiatan mabit wada’, siswa kelas 6 menginap di sekolah selama dua hari satu malam, dimulai pada hari Kamis (13/6/2024) pagi hingga Jumat (14/6/2024).
Burhan menuturkan, fokus kegiatan ini adalah membekali para siswa untuk menempuh pendidikan lanjutan serta melatih life skill mereka. Selama mabit wada’ mereka memasak sendiri dan dibagi menjadi beberapa kelompok.
"Muatan materi yang diberikan juga bermacam-macam, mulai dari mengatur waktu, manajemen diri, emosi, pergaulan, hingga mengelola keuangan," tutur Burhan, Kamis (20/6/2024)
Selain itu, kata Burhan, ada kegiatan FGD (Focus Group Discussion) juga sehingga melatih penalaran dan melahirkan pikiran kritis para siswa. Dalam kegiatan mabit wada’ ini guru-guru hanya bertugas sebagai fasilitator. Adapun penggeraknya adalah siswa sendiri yang memilih seorang ketua dengan cara aklamasi serta berkomitmen terhadap aturan-aturan di kontrak belajar selama mabit yang telah disepakati bersama oleh para siswa.
Pada malam harinya, lanjut Burhan, para siswa melakukan gladi bersih serta mendesain aula sekolah untuk digunakan pada acara akhirussanah dan khotmil Quran di keesokan harinya dengan mengundang wali murid. Semua petugas dalam acara akhirussanah adalah para siswa kelas 6 yang telah dibagi tugas secara merata. Ada yang sebagai pembawa acara, pembaca ayat suci alquran, dirijen, penyambut tamu, dan lain sebagainya.
Sekira pukul 8 pagi di keesokan harinya, yaitu hari Jum’at (14/6/2024), barulah acara akhirussanah dimulai. Diawali dengan khotmil quran dilanjut dengan penampilan para siswa.
Acara berjalan dengan penuh banyak tetesan air mata karena rasa haru baik dari guru, wali murid, terlebih para siswa, karena sampailah waktu bagi mereka untuk berpisah setelah 6 tahun bersama.
Acara akhirussanah dihadiri juga oleh Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Semarang Barat, H. Arief Istamam.
Pada kesempatan tersebut H. Arief Istamam berpesan kepada para siswa untuk senantiasa berbakti kepada orang tua dan guru serta menjaga sholat 5 waktu.
H. Arief Istamam juga meminta para siswa untuk sungkem dan meminta doa kepada orang tuanya masing-masing yang telah berjuang untuk mereka saat itu juga. Tangisan haru kembali pecah disini.
Burhan Khaerudin selaku Kepala SD Muhammadiyah 12 memberikan reward kepada siswa yang berprestasi serta syahadah hafalan tasmi’ bil ghoib juz 30.
Aluna Violetta Nur Aira selaku perwakilan dari siswa kelas 6 dalam sambutannya mengutip pepatah dalam Bahasa Arab yang berbunyi "lan tarji’al ayyam allati madhot" (tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu).
Dia berpesan kepada teman-temannya untuk senantiasa menjaga kebiasaan-kebiasaan baik yang telah dibangun selama sekolah di SD Muhammadiyah 12 Semarang.
Tak henti-hentinya suasana haru dan sendu menyelimuti ruang aula SD Muhammadiyah 12 Semarang. Di penghujung acara para wali murid dengan inisiatif sendiri membuat kenang-kenangan untuk para siswa dan guru.
Rangkaian acara perpisahan SD Muhammadiyah 12 Semarang dikemas begitu sederhana namun tak lepas dari nilai-nilai pendidikan, kebersamaan dan kenangan yang tak terlupakan.
"Sekali lagi, tidak harus mewah dan mahal untuk berkesan", tutup Burhan Khaerudin. (KW-036)