Mataram, NTB - Pasar pemilih muda menjadi salah satu variabel penentu kontestasi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB 2024. 22 persen jumlah pemilih muda NTB dari total sekitar 3,9 juta pemilih menjadi angka yang fantastis.
Karakter pemilih muda yang didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z ini dikatakan bahwa mereka mudah mengubah pilihannya atau sering disebut dengan istilah moody. Perubahan pilihan ini mengikuti suasana hati, pikiran dan emosi. Meski mudah mengubah pilihan, namun juga mereka kesulitan dalam memilih calon yang akan mereka pilih.
Sehingga ada kecenderungan mereka juga berpotensi untuk tidak menggunakan hak pilihnya ucap pakar politik UGM Mada Sukmajati.
Pemilihan isu maupun program menjadi salah satu variabel kunci dalam memenangkan pertarungan.
Hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus 2022 menjelaskan bahwa isu strategis yang dianggap penting bagi kaum muda adalah soal ekonomi terutama tentang isu kesejahteraan masyarakat sekitar 44,4 persen, lapangan kerja 21,3 persen, isu pemberantasan korupsi 15,9 persen, Demokrasi dan kebebasan sipil 8,8 persen, kesehatan 6,2 persen dan isu lingkungan hidup 2,3 persen.
Dua isu utama di atas yakni kesejahteraan dan lapangan kerja menjadi isu yang cukup sering dihighlight oleh paslon petahana Zul-Uhel dan pendatang baru Iqbal-Dinda.
Rebut-rebutan pasar pemilih muda ini terlihat jelas dikanal media akhir-akhir ini.
Khususnya mengenai program beasiswa yang memberangkatkan putra putri terbaik NTB untuk berkuliah di luar negeri. Diawali dengan kemunculan pemberitaan Beasiswa NTB “Mendunia”, serta pengangkatan Doktor muda asal Lombok Tengah sebagai Jubir pasangan Iqbal-Dinda yang memberikan sinyal keras pada paslon Zul-Uhel bahwa Iqbal-Dinda siap bersaing di segmentasi pasar yang sama.
Paslon Zul-Uhel tentu tidak tinggal diam. Bagaimanapun program beasiswa yang dikenal dengan program 1000 cendikia yang dinisiasi oleh Bang Zul pada periode sebelumnya selayaknya menjadi program unggulan yang terus melekat pada periode yang akan datang jika mereka terpilih. Pada pertemuan antara Bang Zul dan Alumni beasiswa NTB minggu 3 Agustus 2024, ada sebuah pesan politik yang sangat kuat yakni pertama, mantan ketua BEM UI ini berjanji jika ia terpilih akan mengirimkan kembali 10.000 pemuda-pemudi NTB untuk berkuliah ke luar negeri. “bukan lagi 1000 mahasiswa tapi 10.000 mahasiswa” ujarnya.
Selain itu, pemberian tanda terima kasih dan bingkisan kepada Bang Zul bertulis bapak pendidikan NTB dengan foto Bang Zul mewakili isi hati para Alumni yang merasakan manisnya berkuliah hingga mengubah hidup mereka.
Bapak pendidikan NTB ibarat hak cipta tentu dapat kita maknai sebagai sebuah pesan bahwa masyarakat perlu tahu bahwa Bang Zul ialah pencetus program pro-pendidikan, dan pro-SDM sehingga Doktor lulusan UK tersebut layak disebut sebagai bapak pendidikan NTB oleh masyarakat.
Lalu apakah layak Bang Zul disebut sebagai bapak pendidikan NTB?
Jauh sebelum menjabat Bang Zul juga telah lama bergelut dalam dunia pendidikan dengan menjadi seorang peneliti dan pengajar di UI, mendirikan kampus di wilayah timur Indonesia yang menjadi kebanggaan warga NTB dengan memberikan beasiswa dan menyekolahkan mahasiswa dari luar daerah maupun internasional ke wilayah timur Indonesia.
Hal ini menjadi terbosan dalam hal pemerataan pendidikan.
Disisi lain program beasiswa NTB dikritik oleh beberapa pendukung paslon Iqbal-Dinda karena menggunakan APBD.
Mereka mengklaim bahwa beasiswa NTB “Mendunia” akan menggunakan skema kerjasama tanpa menggunakan APBD. “Doktor Iqbal menegaskan beasiswa bisa diberikan dengan sumber dana lain bukan dari APBD NTB sebab dalam kewenangan APBD provinsi jelas diatur bahwa wewenang seorang gubernur adalah mengurus SMA dan SMK sederajat, ” tegasnya.
Dengan adanya program beasiswa NTB “Mendunia” dari paslon Iqbal-Dinda menjadi alternatif baru bagi pemilih muda dalam memilih. Tetapi, program ini dinilai kurang orisinil dikarenakan mengadopsi program unggulan Bang Zul yang sudah eksis terlebih dahulu dan sudah jelas dampak dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.
Selain itu, program beasiswa NTB pada awal keberjalanannya juga menggunakan skema kerjasama pendanaan.
Namun, tawaran mana yang lebih efektif dan implementatif? Antara 10.000 kuota beasiswa luar negeri dan skema beasiswa tanpa APBD? Berbicara terkait beasiswa ntb tercatat ada sekitar 6000 penerima beasiswa baik didalam maupun luar negeri dan hal ini dicapai melalui pengalokasian APBD.
Disisi lain, pola kemitraan yang ditawarkan oleh Doktor Iqbal masih belum jelas sepenuhnya. Kita juga harus ingat bahwa sebelum menjadi Gubernur, Bang Zul telah berkecimpung lama dalam dunia pendidikan sebagai pendiri sekaligus Rektor Universitas Teknologi Sumbawa.
Dalam keberjalanannya ia kerap kali memberikan beasiswa kepada mahasiswa asing maupun luar daerah melalui skema kemitraan. Selain itu, pengiriman besiswa ntb angkatan pertama juga tanpa APBD. Antara Efektivitas pola kemitraan dan skema beasiswa dengan APBD tentu sudah ditakar oleh Bang Zul.
Sedangkan apa yang disampaikan oleh Miq Iqbal masih diatas kertas dan belum ada skema implementasinya seperti apa. Kaum muda tentu berharap apapun yang dijanjikan oleh paslon yang bertarung dikontestasi politik kali ini tidak sekedar menjadi pepesan kosong semata.
Terlepas dari itu semua, Isu beasiswa ialah isu sentral yang mewakili keresahan pemilih muda. Dikarenakan beasiswa erat kaitannya dengan karir dan masa depan. Pendidikan yang baik membuka peluang kerja yang lebih luas serta taraf kesejahteraan hidup yang lebih tinggi.
Tentu isu ini menjadi perhatian bagi kalangan muda. Dikarenakan kedua paslon ini mengusung program yang hampir sama, kedepan isu ini akan tetap menjadi gelanggang pertarungan untuk merebut hati para pemilih muda. Persepsi terhadap siapa yang paling pro-beasiswa oleh kedua paslon tersebut akan berperan banyak terhadap sikap/pilihan pemilih muda nantinya.
Selain isu, pengemasan penyampaian pesan juga menjadi hal yang harus dipertimbangkan oleh para paslon. Karakteristik pemilih muda yang cenderung mencari informasi melalui ponsel pintar khususnya sosial media menjadi pertimbangan tersendiri dalam menyusun strategi kampanye efektif.
Hal ini tentu sudah ditakar oleh para paslon. Penetrasi konten melalui sosial media seperti instagram facebook, maupun tiktok terus dilakukan oleh para paslon. Umumnya pemilih muda ini lebih menyukai konten politik yang lebih ringan. Tidak hanya itu, kaum muda tidak suka materi konten kampanye dengan materi yang lebih berat dan mendalam.
Singkatnya yang menjadi motor utama kemana arah pemilih muda akan berlabuh yakni bergantung pada isu dan pengemasan para paslon. Dibutuhkannya tim-tim kreaktif dan pekerja keras dibelakang layar untuk mengemas dan melakukan penetrasi konten sehingga didapat hasil yang lebih efektif.
Penulis: Okza Hendrian Wijaya
Staff Pengajar UIN Mataram
Analyst Asatu Research and Insight