Ada Operasi Jahat Sudutkan Mualem, SIPA Kecam Aktor Intelektual Dibalik Serangan Granat Om Bus

Barsela24news.com


Aceh - Aceh kembali di usik oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Ini pertanda ada potensi tangan-tangan jahat yang sedang melakukan operasi untuk menyudutkan Mualem. Pelemparan granat di kediaman Bustami Hamzah, Gampong Pineng, Syiah Kuala, Banda Aceh, adalah lonceng tanda dimulainya operasi tersebut. Praktek ini harus di lawan oleh semua pihak.

Khairul Amri, Direktur SIPA (Sentra Informasi Pemuda Aceh), dengan tegas menyatakan bahwa insiden tersebut tidak lebih dari sekadar operasi politik untuk cek ombak.

“Saya sudah lama berinteraksi dengan para mantan kombatan GAM dan memiliki hubungan emosional yang kuat dengan mereka. Tindakan seperti ini tidak mencerminkan cara bertindak prajurit GAM yang sejati. Mereka bukanlah tipe yang bertindak gegabah,” kata khairul amri saat diwawancarai pada Selasa (03/09/2024).

Ia mencurigai insiden ini sebagai upaya untuk menjatuhkan nama baik Muzakir Manaf alias Mualem, kandidat gubernur dari Partai Aceh, yang memiliki latar belakang sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

“Berdasarkan bukti dan pernyataan dari istri Bustami, sangat jelas bahwa ini hanyalah upaya untuk mencoreng nama baik Mualem,” ujar Amri, seraya menambahkan bahwa insiden ini lebih terlihat sebagai taktik untuk menarik simpati publik.

Di tengah suasana Pilkada yang diharapkan damai, Amri menilai tindakan tersebut sebagai kampanye hitam yang tidak etis dan kontraproduktif.

“Kita harus bisa bersaing secara adil dan sportif, tanpa melakukan kampanye hitam yang justru merusak tatanan demokrasi,” tegasnya.

Insiden pelemparan granat ini kembali membangkitkan kekhawatiran publik terhadap keamanan Pilkada di Aceh.

Sebelumnya, Asisten Operasi Kapolri, Irjen Polisi Verdianto, mengingatkan bahwa Aceh termasuk dalam kategori daerah rawan konflik dalam Pilkada Serentak 2024.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto yang menyatakan bahwa potensi konflik di Aceh cukup tinggi, mengingat adanya partai-partai lokal yang menjadi representasi eks kombatan GAM.

Merespons situasi tersebut, SIPA menyampaikan lima sikap tegas sebagai upaya untuk menjaga stabilitas:

1. Mengutuk Keras tindakan tersebut.

2. Meminta Pihak Kepolisian untuk mengejar pelaku dan mengusut tuntas aktor intelektual dibalik operasi tersebut.

3. Tindakan Tegas: Mendesak pihak kepolisian untuk mengambil tindakan tegas guna mencegah penyebaran konflik ke wilayah lain di Aceh.

4.Hormati Perdamaian: Mengingatkan semua pihak untuk konsisten menghormati perdamaian dan kesepakatan yang telah terjalin antara Pemerintah Indonesia dan GAM.

5. Integritas Politik: Mengimbau para politisi dan elit politik untuk tidak mengorbankan perdamaian dan pembangunan Aceh demi ambisi politik pribadi.

Pesan Amri ini agar dapat viral di tengah masyarakat Aceh yang bersiap menyambut Pilkada.

“Meski ada perbedaan pilihan politik, kita harus bersatu menjaga perdamaian dan stabilitas di Aceh,” tutupnya, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan dan keamanan di tengah panasnya kompetisi politik.

Dengan situasi yang semakin memanas, langkah preventif dan pendekatan dialogis menjadi kunci dalam menjaga kedamaian di Aceh, terutama di masa-masa krusial seperti Pilkada. Hanya dengan cara ini, demokrasi di Aceh bisa berjalan dengan damai dan sesuai harapan rakyat. (*)