BELITUNG TIMUR -- Batik, yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia sejak 2009, bukan hanya sekadar kain bermotif, tetapi juga merupakan cerminan dari kekayaan, sejarah, dan kebanggaan bangsa Indonesia. Dalam upaya menjaga dan melestarikan warisan budaya ini, PT Timah Tbk mengambil langkah konkret dengan membina para perajin batik di wilayah operasionalnya. Kamis (3/10/2024).
Batik memiliki kekhasan di setiap daerah, yang mencerminkan keindahan dan kearifan lokal. Salah satu perajin batik yang berperan aktif dalam pelestarian ini adalah Ira Afriliana, pemilik Sanggar Batik De Simpor.
Sejak tahun 2017, Ira telah mendedikasikan dirinya untuk mengembangkan batik dengan motif khas Pulau Belitung.
“Batik merupakan warisan budaya yang banyak disukai orang. Saya ingin mengangkat batik dengan motif khas daerah sendiri,” ungkapnya.
Sanggar Batik De Simpor, yang terletak di Jalan Laskar Pelangi Dalam 2, Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, memproduksi berbagai jenis produk batik, termasuk kain batik, kemeja, dan syal.
Motif yang ditawarkan beragam, seperti daun simpor, bunga simpor, dan berbagai motif lainnya yang terinspirasi dari flora dan fauna khas Belitung.
Sejak bergabung sebagai mitra binaan PT Timah pada tahun 2019, usaha Ira mendapatkan dorongan signifikan.
“Dengan menjadi mitra binaan PT Timah, kami sangat terbantu dalam hal modal dan promosi. Mereka telah membantu kami untuk memperkenalkan produk kami melalui pameran, bazar UMKM, dan Rumah BUMN Belitung,” jelas Ira.
Namun, menjadi perajin batik bukanlah tanpa tantangan. Ira mencatat beberapa kendala yang dihadapinya, seperti pemasaran yang masih terbatas, biaya produksi yang tinggi, dan tuntutan pasar yang menginginkan harga batik yang terjangkau.
“Kami berharap, dalam momen Hari Batik Nasional ini, dukungan dari pemerintah, swasta, dan organisasi lainnya dapat membantu kami untuk terus berkarya,” harapnya.
Ira menginginkan adanya pelatihan bagi perajin batik agar mereka dapat menghasilkan karya yang tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga mampu bersaing secara global.
“Dengan dukungan yang tepat, kami yakin bisa melangkah lebih jauh,” tambahnya.
PT Timah juga aktif dalam menggelar pelatihan membatik untuk kelompok masyarakat. Beberapa pelatihan telah dilaksanakan, seperti pelatihan membatik ecoprint bagi perempuan di Dusun Air Abik, serta pelatihan untuk warga binaan lapas perempuan di Pangkalpinang.
Langkah-langkah ini merupakan bagian dari komitmen PT Timah untuk mendukung pelestarian batik dan memberdayakan masyarakat.
Masyarakat diajak untuk menggunakan dan mempromosikan produk batik lokal sebagai bentuk nyata dukungan terhadap para perajin.
“Menggunakan dan mempromosikan batik adalah langkah nyata agar tetap hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi,” kata Ira.
Dia berharap semua pihak dapat bersama-sama merayakan Hari Batik Nasional dengan mengenakan batik lokal.
PT Timah berkomitmen untuk terus memperkuat ekosistem batik di Indonesia, bukan hanya dengan membina perajin yang sudah ada, tetapi juga dengan menciptakan peluang baru bagi generasi penerus.
Dengan pendekatan yang holistik ini, PT Timah berharap dapat berkontribusi dalam pelestarian warisan budaya yang sangat berharga bagi bangsa.
Melalui pembinaan perajin batik, PT Timah tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga membantu ekonomi masyarakat sekitar.
Dengan memberikan dukungan yang diperlukan, diharapkan para perajin batik mampu menghasilkan karya yang berkualitas dan menjangkau pasar yang lebih luas.
Dengan semangat kebersamaan dan kolaborasi, pelestarian batik di Indonesia diharapkan dapat terus berkembang dan menjadi kebanggaan bagi semua, memastikan bahwa warisan budaya ini tetap hidup untuk generasi yang akan datang. (KBO Babel)
Laporan : Redaksi
Sumber : PT Timah