Lombok Barat, NTB - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mendorong para petani untuk mengembangkan budidaya vanili organik, mengingat prospek yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan vanili non-organik. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah NTB, Lalu Gita Ariadi, dalam pelepasan ekspor vanili organik dan mutiara laut di Lombok Barat, Rabu (9/10/2024).
“Tahun ini, NTB berhasil mengekspor enam ton vanili organik, dan kami berharap jumlahnya akan terus meningkat pada tahun depan seiring dengan minat pasar global yang semakin tinggi,” ujar Gita.
Menurut Gita, pola hidup masyarakat modern yang cenderung mengutamakan produk organik memberikan peluang besar bagi vanili organik NTB untuk berkembang di pasar dunia. Budidaya vanili organik dianggap lebih sehat karena bebas dari residu bahan kimia seperti pestisida dan herbisida.
Para petani di NTB didorong untuk memanfaatkan lahan pekarangan di daerah dengan ketinggian 500-600 meter di atas permukaan laut untuk menanam vanili organik. Selain itu, tren hidup sehat dan ramah lingkungan yang terus meningkat menjadi momentum yang tepat bagi petani NTB untuk mengoptimalkan peluang ini.
“Pasar vanili organik akan semakin terbuka dengan meningkatnya kesadaran konsumen tentang pentingnya produk yang mendukung pola hidup sehat,” tambahnya.
Selama beberapa tahun terakhir, ekspor vanili organik dari NTB mengalami peningkatan yang signifikan. Pada 2021, ekspor vanili organik tercatat sebanyak 2,5 ton, lalu meningkat menjadi 3,5 ton pada 2022, naik menjadi 4 ton pada 2023, hingga mencapai 6 ton pada 2024.
Gita juga menekankan pentingnya implementasi teknologi dalam pertanian melalui konsep smart farming. Teknologi ini diyakini akan menarik minat generasi muda, khususnya generasi milenial, untuk terjun ke sektor pertanian, terutama budidaya vanili organik yang memiliki potensi ekspor tinggi.
Pemilik Usaha Dagang (UD) Rempah Organik Lombok, Muhir Mahsun Bidah, menambahkan bahwa harga vanili organik jauh lebih menguntungkan dibandingkan vanili non-organik. Harga satu kilogram vanili organik kering mencapai Rp1,8 juta, sementara vanili non-organik hanya sekitar Rp600 ribu. Vanili organik basah dihargai antara Rp100-250 ribu per kilogram, jauh lebih tinggi dibandingkan vanili non-organik yang hanya sekitar Rp45 ribu per kilogram.
“Amerika Serikat masih sangat mengandalkan vanili dari Indonesia, khususnya vanili organik asal Lombok,” pungkas Muhir.
Laporan : Redaksi