Oleh: Dr. Muammar Khadafie, M.Pd.I Penerima Beasiswa Doktoral Dalam Negeri
“Berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!” seru Bung Karno, Bapak Bangsa, dengan semangat yang menggema di hati setiap pejuang. Pesan ini tak sekadar ajakan, tetapi menjadi api yang menyalakan harapan—bahwa masa depan sebuah bangsa terletak di tangan pemuda yang berani bermimpi dan bertindak. Dalam semangat inilah, kepemimpinan Dr. Zulkieflimansyah menjadi refleksi nyata dari cita-cita Bung Karno: menciptakan pemimpin-pemimpin muda yang bukan hanya bermimpi, tetapi juga mewujudkan visi perubahan bagi negeri.
Dr. Zulkieflimansyah, sosok yang dikenal sebagai Super Leader sekaligus Super Manager, tidak hanya memimpin dengan visi yang tajam dan hati yang mengayomi. Beliau juga menghadirkan panggung bagi anak-anak muda untuk berdiri di garda depan perubahan. Dalam langkahnya yang penuh komitmen, lebih dari 6.000 beasiswa diberikan kepada pemuda-pemudi berbakat, baik untuk belajar di dalam negeri maupun di luar negeri. Beasiswa ini bukan hanya investasi pendidikan, tetapi juga strategi jangka panjang untuk menanamkan benih-benih pemimpin masa depan.
Lihatlah bagaimana nama-nama seperti Miftahul Arzak, M.A., yang pernah menjadi pemimpin muda Rektor IISBUD SAREA, Dr. Muammar Khadafie, M.Pd.I., sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Sumbawa, Dr. Andi Tirta Rektor UTS menjadi bukti konkret keberhasilan visi besar ini. Mereka adalah wujud nyata dari visionary leadership yang percaya bahwa sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang memberikan ruang bagi pemudanya untuk bertumbuh dan memimpin.
Bung Karno pernah berkata, “Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan.” Hal ini sejalan dengan upaya Dr. Zulkieflimansyah yang tidak hanya menempatkan anak muda di posisi strategis, tetapi juga membentuk mereka untuk menjadi pemimpin yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keberlanjutan, dan keberpihakan kepada rakyat.
Kepemimpinan yang berpihak kepada rakyat adalah kepemimpinan yang mengakar. Dalam langkah Dr. Zulkieflimansyah, kita melihat keberpihakan itu: mempersiapkan generasi muda untuk tidak hanya menjadi pemimpin yang cakap, tetapi juga pemimpin yang peduli. Pemimpin yang memahami bahwa kekuasaan adalah amanah untuk melayani, bukan untuk dilayani.
Sebagaimana Bung Karno menanamkan semangat revolusi, Dr. Zulkieflimansyah menanamkan harapan. Harapan bahwa dengan mendidik dan memberdayakan pemuda, masa depan Sumbawa, NTB, bahkan Indonesia akan semakin gemilang. Karena sejatinya, seorang pemimpin besar bukan hanya diukur dari apa yang ia capai, tetapi dari pemimpin-pemimpin baru yang ia lahirkan.
Pemuda adalah kunci perubahan, dan Dr. Zulkieflimansyah telah memutar kuncinya. Kini, tugas kita adalah memastikan pintu masa depan tetap terbuka lebar, agar cita-cita Bung Karno tentang pemuda yang mengguncangkan dunia benar-benar terwujud di tanah air kita.
Laporan : Redaksi