Mataram, NTB - Semakin dekat hari pencoblosan iklim Pilgub NTB semakin panas. Dua hari terakhir publik dikejutkan oleh langkah TGB Zainul Majdi yangmengundurkan diri dari Partai Perindo.
Apakah ini akan berpengaruh pada peta elektoral Paslon?. Menurut Saptoto, sudah tentu akan berpengaruh. Tapi masih belum besar.
"Sekali lagi masih belum terlalu besar ya," ujarnya.
Wartawan senior ini menilai, mundurnya TGB dari Partai Perindo sebenarnya adalah signal kesekian kalinya kepada jamaah NWDI. Terutama yang berada di struktural.
Kali ini adalah cara yang sedikit agak keras. Karena signal-signal sebelumnya sampai dan diterima jamaah masih lemah. Masih timbul tenggelam.
"Kalau sebelumnya sampai ke jamaah mungkin satu bar, sekarang mungkin dua atau tiga bar," katanya memberikan contoh.
Menurut pria yang akrab disapa Aba To ini, banyak cara untuk melihat fenomena ini. Tetapi jika ditarik ke ruang Pilgub, signal itu untuk membangun kesadaran jamaah tentang positioning nya. Di mana TGB berada. "Masak gak paham," katanya.
Cara ini dipilih TGB sebagai sebuah bentuk komunikasi yang sangat elegan untuk menghindari saling berhadapan secara langsung dengan Paslon nomor urut 01. Sebagaimana diketahui publik di 01 ada kakak TGB yakni Hj Rohmi.
"Sebagai politisi, TGB sangat santun. Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan dan mengeluarkan pernyataan," ujar Aba To.
Tapi bukan tidak mungkin TGB akan mengirimkan signal penuh. Jika posisi politiknya belum juga bisa dilihat dan dipahami oleh jamaah.
Signal ini sekaligus TGB ingin mengingatkan jamaah, bahwa sampai saat ini TGB Zainul Majdi masih Ketua Umum PB NWDI. Yang mana suara dan fatwanya harus didengar. Sebagaimana budaya sami'na wa ato'na yang diwariskan Almagfurullah Zainudin Abdul Majid, Pendiri NW.
"Selama proses kontestasi Pilgub dimulai, saya melihat ada semacam pembangkangan yang dilakukan oleh sebagian oknum di struktur NWDI baik di pusat, wilayah maupun daerah," ujar Aba To.
"Saya pikir ini cara TGB mengembalikan kesadaran jamaah agar tetap berada di garis sami'na wa ato'na tadi," tambahnya.
Sebagai pemegang otoritas tertinggi tentu saja TGB tidak ingin dilangkahi. Tiba-tiba saja ada musyawarah daerah tanpa persetujuan beliau. Seperti yang terjadi di PD Kabupaten Bima dan Kota Bima beberapa waktu lalu.
Jika ada sebagian organ NWDI yang mengatakan, keputusan TGB keluar dari Perindo tidak akan berpengaruh terhadap elektoral Rohmi Firin, maka ini dapat dilihat sebagai bentuk pembangkangan yang berlanjut.
"Karena tidak biasa. Selama ini yang terjadi begitu TGB menyatakan pindah haluan maka terjadi eksodus ditubuh jamaah tanpa reserve. Tapi sekarang berbeda. Ada sedikit perlawanan," papar Aba To.
Apakah akan berdampak ke eletoral Pasangan 02? Aba To sangat yakin akan berdampak baik. Karena selama ini, publik melihat kedekatan hubungan antara TGB dengan Bang Zul. Beberapa momentum terlihat tampil berdua.
Kalaupun tidak mampu menarik jamaah NWDI, paling tidak menguatkan semangat pejuang 02. Tapi Aba To memperkirakan bukan tidak mungkin signal berikutnya akan menimbulkan efek tsunami.
"Sebagai Ketua Umum PB NWDI, bisa saja tiba-tiba TGB menggelar musyawarah kerja. Dan momentum itu menjadi arena konsolidasi dan mengeluarkan pernyataan terbuka untuk 02," tambah Aba To.
Tapi untuk langkah terakhir ini tambah dia, memang sangat sulit. Karena ada faktor lain yang juga harus dipertimbangkan TGB. "Kita lihat saja nanti," pungkas wartawan senior ini.
Laporan : Redaksi