Sukabumi - Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menghadiri Seminar dan Pengukuhan warga kehormatan Waruka Sukabumi Pajajaran Museum Prabu Siliwangi di Pondok Pesantren Al-Fath, pada Rabu (29/1/2025).
Selain mengunjungi Pondok Pesantren Al-Fath, Fadli Zon juga mengunjungi beberapa museum yang ada di Kota Sukabumi diantarnya Rumah pengasingan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir, Museum Pegadaian dan Museum Tionghoa Sukabumi.
Pada saat mengunjungi rumah pengasingan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir, Fadli Zon mencanangkan rumah tersebut akan dijadikan sebagai museum, bangunan yang kini berada di bawah pengelolaan Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Lemdiklat Polri ini merupakan situs bersejarah yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya tingkat kota dan diharapkan dapat naik statusnya menjadi cagar budaya provinsi hingga nasional.
"Alhamdulillah, kita bisa mengunjungi rumah pengasingan Bung Hatta dan Bung Sjahrir di Sukabumi yang sekarang menjadi bagian dari Setukpa. Ini merupakan rumah bersejarah dengan kondisi yang relatif baik. Kami berharap statusnya bisa ditingkatkan menjadi cagar budaya provinsi dan nasional," ujar Fadli Zon usai meninjau rumah pengasingan Bung Hatta-Bung Sjahrir di Jalan Bhayangkara, Kota Sukabumi.
Fadli Zon menekankan pentingnya menjadikan rumah ini sebagai museum yang dapat mengabadikan sejarah pengasingan Bung Hatta dan Sjahrir pada masa penjajahan Jepang. Ia menjelaskan bahwa kedua tokoh ini sebelumnya diasingkan ke Boven Digoel, kemudian ke Banda Neira bersama Iwa Kusumasumantri dan dr. Tjipto Mangunkusumo, sebelum akhirnya dipindahkan ke Sukabumi.
"Rumah ini bisa menjadi bagian dari rangkaian sejarah perjalanan Bung Hatta dan Sjahrir. Kita tahu bahwa Bung Karno diasingkan ke Bengkulu dan berbagai tempat lain yang kini menjadi situs bersejarah. Begitu pula dengan Bung Hatta dan Sjahrir, yang merupakan bagian penting dari sejarah perjuangan kemerdekaan," tambahnya.
Fadli Zon juga menyoroti perlunya kajian mendalam oleh para sejarawan dan ahli untuk menentukan narasi yang akan disajikan dalam museum ini. Ia menegaskan bahwa pemugaran situs harus tetap mempertahankan keaslian bangunan, sesuai dengan standar pelestarian cagar budaya.
"Kita perlu membuat kajian mendalam terkait periode ini, karena sering kali kurang dibahas. Bung Hatta dan Bung Karno memiliki hubungan yang relatif dekat dengan Jepang, terutama ketika ada janji-janji kemerdekaan seperti pembentukan BPUPKI dan PPKI. Ini bisa menjadi bagian dari edukasi sejarah yang lebih komprehensif," katanya.
Lebih lanjut, Fadli Zon mengungkapkan bahwa Kementerian Kebudayaan akan berkoordinasi dengan Balai Kebudayaan Jawa Barat, para sejarawan, serta pimpinan Polri untuk merevitalisasi situs ini.
"Kami akan berdiskusi dengan pimpinan Polri agar tempat ini bisa diaktivasi sebagai museum. Tidak hanya sebagai destinasi wisata sejarah, tetapi juga sebagai tempat pembelajaran tentang peran Bung Hatta dan Bung Sjahrir dalam perjuangan bangsa," ungkapnya.
Sebagai bagian dari upaya revitalisasi, Fadli Zon juga mengusulkan rekonstruksi interior rumah, termasuk replika kursi dan tempat tidur yang sesuai dengan kondisi aslinya.
"Dari segi bangunan, ini masih asli, dibangun sekitar tahun 1917 dengan gaya khas Hindia Belanda. Struktur seperti plafon tinggi, bentuk pintu, dan denah rumah masih sesuai dengan bentuk awalnya. Kami ingin menghidupkan kembali cerita sejarahnya di tempat ini," jelasnya.
Rencana ini juga mencakup kemungkinan pemasangan patung Bung Hatta dan Bung Sjahrir di lokasi sebagai bagian dari upaya memperkuat identitas sejarah situs tersebut.
"Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan rumah pengasingan Bung Hatta dan Sjahrir dapat menjadi salah satu pusat pembelajaran sejarah nasional, sekaligus destinasi wisata budaya yang menarik bagi masyarakat," Pungkasnya.
Kepala Setukpa Lemdiklat Polri, Brigjen Pol Dirin, menyambut baik rencana Menteri Kebudayaan RI tersebut. Pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait soal pengadaan barang replika.
"Ya hari ini suatu kehormatan bagi saya dan Setukpa karena beliau Menteri Kebudayaan berkenan hadir ke sini melihat secara langsung rumah pengasingan Bung Hatta dan Bung Sjahrir, Kita berharap setelah ada kunjungan beliau, program revitalisasi bisa terwujud," kata Dirin.
"Kebetulan ini juga sudah dijadikan cagar budaya. Jadi revitalisasi termasuk kajian-kajian mana yang harus ada di sini, yang sekarang masih kosong, dan saya berharap nanti ada kontribusi yang signifikan dari instansi terkait berkaitan cagar budaya ini dalam pengadaan replika atau barang-barang yang ada di sini," pungkas Dirin.
Laporan: Redaksi